Senin, 03 Oktober 2011

BAGAIMANA MERANGSANG KECERDASAN ANAK..?

Posted On 19.12 by Paud Al-Fathonah 0 komentar

Membentuk anak cerdas bisa dibilang susah-susah gampang, butuh pengorbanan dan kerja keras orang tua. Stimulasi anak sejak dini akan sangat membantu proses tumbuh kembangnya, terutama proses belajarnya kelak di sekolah. Stimulasi apa saja yang bisa membentuk anak cerdas?

Socrates mengatakan bahwa kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh 1 persen kecerdasan dan 99 persen kerja keras. Ketika dilahirkan, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tergantung dari faktor genetiknya. Namun seiring pertumbuhannya, faktor nutrisi dan lingkungan akan lebih mendominasi ketimbang faktor genetik. Kuncinya adalah stimulasi atau rangsangan.

"Kecerdasan itu butuh rangsangan, dan ketika masih anak-anak rangsangan yang paling baik untuk kecerdasannya adalah melalui bermain dan perhatian," ujar Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ dalam seminar 'Bagaimana Membentuk Seorang Anak yang Sehat, Cerdas dan Berkualitas' yang digelar di Gedung IASTH FKUI. Tjhin mengatakan bahwa kecerdasan seseorang bisa dilihat dari banyaknya cabang-cabang dendrit yang terhubung antar sel-sel otak. Sedangkan jika dilihat dari struktur otak luar, maka semakin banyak lekuk-lekuk pada otak, semakin cerdas seorang anak.

"Tapi yang harus diwaspadai orang tua adalah ketika anak masuk masa remaja karena ketika remaja terjadi peningkatan hormon-hormon yang akan mempengaruhi sistem sarafnya. Jika remaja tidak bisa mengatasi perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, maka ia bisa mengalami gangguan saraf dan otak, "jelas Tjhin.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapatkan 1,8 persen dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, terutama membaca. Sebanyak 20 persennya disebutkan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat. Oleh karena itu, untuk menghindari gangguan fungsi saraf dan mencerdaskan anak, harus diberi rangsangan sejak dini yang disesuaikan dengan umurnya.imuasi

Tjhin pun memberi tips menstimulasi kemampuan otak anak di setiap tahap tumbuh kembangnya.

Usia 0-3 bulan:
  1. Berikan rasa aman dengan pelukan, menggendong, menatap, mengajak tersenyum
  2. Stimulasi pendengaran dengan membunyikan suara
  3. Stimulasi penglihatan dengan menggerakkan benda berwarna mencolok
  4. Stimulasi gerakan motorik dengan menggulingkan badan bayi ke kanan dan kiri, tengkurap, telentang.
Usia 3-6 bulan:
Bermain cilukba, ajarkan melihat wajah bayi di cermin, dirangsang duduk

Usia 6-9 bulan:
Ajarkan panggil nama, salaman, tepuk tangan, baca dongeng, rangsang berdiri


Usia 9-12 bulan:
Mengulang-ulang kata, menyebut mama, papa, kakak, belajar memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelinding bola, latihan berdiri, jalan berpegangan.

Usia 12-16 bulan:
Latihan corat-coret pensil warna, susun balok, puzzle, bermain dengan boneka, jalan mundur, panjat tangga, tendang bola, lepas celana.

Usia 18-24 bulan:
Tunjuk bagian tubuh, sebuut nama binatang atau benda, ajak bicara kegiatan sehari-hari, latihan gambar garis, cuci tangan, melompat, pakai baju dan celana sendiri.

Usia 2-3 tahun:
Menyebut kata sifat, menghitung benda, sikat gigi sendiri, masak-masakan, berdiri satu kak, buang air kecil atau besar sendiri

Usia 3 tahun ke atas:
Persiapan sekolah, memegang pensil dengan baik, berhitung sederhana, mandiri, berbagi dengan teman

"Pastikan anak mendapatkan semua rangsangan itu kalau ingin cerdas. Satu lagi, kalau anak perempuan coba ajarkan balet karena kegiatan sangat bagus dalam menggabungkan semua stimulasi, baik visual, audio, kinestetik dan motorik," ujar Tjhin.

Sumber : paud-naelulmuna.blogspot.com


Tahun 2011 Ditetapkan Sebagai Tahun PAUD

Posted On 18.45 by Paud Al-Fathonah 0 komentar

BANDUNG,(PRLM).-Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menetapkan tahun 2011 sebagai tahun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baik formal maupun non formal. Kemendiknas membentuk Dirjen PAUD Nonformal dan Informal (NI) dan keberpihakan anggaran yang lebih besar.
"Kemendiknas memandang strategis PAUD baik formal yakni TK/RA maupun non foormal yaitu TPA, TKA, kelompok bermain, atau satuan sejenis. PAUD untuk usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan anak," kata Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdauaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar. Biasa (P4TK TK dan PLB). Drs. E. Nurzaman, M.M, M.S-, di ruang kerjanya, jumat (26/8).

Apabila tahun-tahun sebelumnya P4TK TK dan PLB hanya membina para guru TK, maka mulai tahun ini harus membina guru PAUD non formal. "Kalau guru-guru TK sudah memiliki standard maupun sertifikasi gurunya, sedangkan guru PAUD non formal belum ada standardnya sehingga kami sedang berusaha keras mengembangkan PAUD non formal," katanya.

Untuk tahun ini P4TK TK dan PLB menargetkan pembinaan untuk 10.000 guru PAUD formal dan non formal. "Pembinaan berupa workshop untuk seluruh Indonesia dengan dana sharing antara pemerintah dan masyarakat. Sampai saat ini kami sudah dan akan memberikan workshop untuk Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat. Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Bali," katanya.

Dengan adanya pembinaan para guru PAUD nonformal diharapkan bisa meningkatkan mutu lembaga pendidikannya. "Kita mafhum dengan guru-guru PAUD non formal belum semuanya berlatar belakang guru malah lebih banyak dari tokoh masyarakat atau kaum ibu yang peduli. Tugas kami untuk meningkatkan mutu mereka," katanya.

Sumber : www.pikiran-rakyat.com/


METODE BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

Posted On 18.26 by Paud Al-Fathonah 0 komentar

Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak sebagai jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orangtua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh. 

Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun menurut Penasehat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr. Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar. Ketika di sekolah anak diajak memilih materi yang ingin dieksplorasi. Dengan begitu anak mendapat inspirasi dan belajar mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran yang disesuaikan dengan tahap usia anak: 

Usia 0-3 tahun: anak dapat mengikuti kegiatan di sekolah taman bermain. Apapun metodenya, yang harus diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan anak. 

Usia 5 tahun: berikan kegiatan yang dapat memberi kesempatan pada anak mengobservasi sesuatu. Sebaiknya pendidik tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau, kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak dan membiarkan mereka merangkai kalimat. 

Usia 6-12 tahun: perbanyak melatih kemampuan anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui. Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif, misalnya ketika menjelaskan suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik. Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya. 

Proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif ), maka anak diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya (demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berikut ini beberapa metode pengajaran yang dapat Anda pilih antara lain : 

Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif. 

Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur empat sampai 12 tahun. 

Metode Resitasi (Recitation Method) 
Berdasarkan pengamatan sendiri, minta anak membuat resume. Maryam menambahkan, pada usia 4-12 tahun merupakan masa kritis anak yang selalu menanyakan, Mengapa begini dan begitu?. Misalnya anak bertanya, Mengapa pohon dapat berbuah? Libatkan anak untuk mengamati proses pembiakan lalu minta anak menyimpulkannya sendiri.

Metode Latihan Keterampilan (Drill Method)
Kegiatan yang mewakili metode ini sering Anda lakukan bersama si kecil, yaitu membuat prakarya (artwork). Sekolah Learning Vision menggunakan metode ini untuk mendorong anak belajar menjalani proses ketika membuat patung dari lilin atau karya tiga dimensi lainnya. Selain melatih kemampuan motoriknya, ...